Entah
apa yang membuatku mengingatmu hari ini. Ini bukan tentang bakpao coklat. Ini
bukan tentang masa laluku yang mencoba menggangku pikiranku lagi, dan juga buka
tentang sepotong biskuit. Tetapi ini tentang kamu. Susah bagiku untuk
mengibaratkan kamu. Apapun ibaratnya kamu, bagiku kamu adalah orang pertama
yang pernah menahan hatiku disana, dihatimu. Saat mengingatmu, aku tidak
tertawa geli, aku tidak tersenyum senang, tetapi aku mengangis. Aku menangis
karena betapa bahagianya aku saat mengingat masa – masa kita dulu. Dan mungkin
betapa kini aku merindukanmu. Jujur tak seperti aku mengingat bakpao coklat
atau masa laluku. Mengingatmu adalah anugerah bagiku. Dan pernah bersamamu
adalah salah satu hal terindah dalam hidupku.
Berawal dari persahabatan dan
organisasi yang sama
Sebuah
persahabatanlah yang membuat kita dipertemukan. Sebelumnya aku tak mengenalmu.
Sebelumnya kita tak pernah saling menyapa. Namun saat dimana kau dan aku ada
dalam sebuah kelompok persahabatan di tahun pertama sekolah menengah pertama
kita, aku mulai mengenalmu. Aku beruntung memiliki kelas, dimana orang – orang
didalamnya sudah menjadi bagian terpenting dalam hidupku. Mereka keluargaku. Di
tahun kedua, kita semakin dekat. Tak jarang kau dan aku berbagi cerita hidup
kita. Aku mengetahui siapa saja orang yang menjadi tempat hatimu pernah singgah.
Dan seperti biasa, aku memaklumi semua itu. Karena kita sahabat. Di tahun kedua
juga, kita memasuki sebuah organisasi yang sama. Kita semakin dekat. Kekeluargaan
dalam organisasi itulah yang membuat kita semakin dekat. Kau sudah kuanggap
seperti kakakku. Kau adalah seorang yang penyayang dan bertanggung jawab. Itu
yang kusuka darimu. Sikap dewasamu. Meskipun terkadang kau kekanak – kanakan
saat bercanda. Itu yang membuatmu spesial.
Beberapa kenangan yang masih
kuingat..
Bersamamu,
segalanya terasa menyenangkan. Tak ada yang perlu disesali. Caramu memandangku
membuat aku merasa sempurna. Aku tak perlu merasa kecil dihadapanmu. Kau
menerima segala yang ada padaku. Dan kau apa adanya dengan dirimu saat itu. Entah
kenapa, aku selalu merasa nyaman didekatmu. Mungkin itu yang membuatku tak
pernah pergi jauh darimu. Tak secara detail aku akan menceritakan kenangan –
kenangan kita. Karena sangat sulit menceritakan kenangan – kenangan itu yang
selalu membuatku merindukanmu. Mungkin akan kumulai dengan saat kita bercanda
yang memecah kebosananku dan hanya kamulah, laki – laki pertama yang bisa
membuatku tertawa selepas itu, tersenyum selebar itu, dan tersipu semerah itu. Kita
juga pernah bertengkar. Terkadang aku jengkel dengan segala kelakuan yang
membuatku sebal. Kau benar – benar tidak peka. Itu pikirku dulu. Namun
sejengkel – jengkelnya aku, aku tidak pernah bisa marah kepadamu. Senyummu dan
kata – kata bodoh menggelikan yang membuatku lupa akan masalahku dan
marahku kepadamu. Dan kita pun tidak pernah bertengkar lagi. Kamu juga sering
jahil. Mungkin itu caramu menarik perhatianku. Kau juga sering menenangkanku
disaat aku bingung dan frustasi. Segala kenangan tentangmu, segala
penglihatanku terhadapmu, apapun yang kamu lakukan, masih terlihat jelas dalam
ingatanku. Dan aku merindukan saat dimana semua itu nyata. Kini kau hanyalah
sebatas ingatanku saja. Sungguh aku berharap semua itu nyata sekarang.
Saat dimana aku pasti merindukanmu
Waktu
terus berputar dan detak jam dinding terdengar jelas. Aku masih terpaku pada
layar laptop. Masih terhanyut dengan memori lamaku. Memori lama tentangmu. Aku kira,
aku akan segera melupakanmu. Namun ternyata, ada saat dimana aku akan
merindukanmu. Kapan saja, termasuk saat ini. Saat ini aku benar – benar merindukanmu.
Gerimis kecil membasahi pipiku ketika mengingat tawa dan senyummu. Ingin sekali
aku bertemu denganmu saat ini. Ingin sekali aku memelukmu untuk sedikit
menghilangkan rasa rindu yang begitu menggebu. Aku dibuat gila olehmu. Aku merebahkan
bahu, mencoba menarik napas panjang – panjang. Mencoba kembali menyimpan emosi
rinduku. Aku kembali bisa mengendalikan diriku.
Mungkin ini sudah jalannya. Kita
harus berpisah di persimpangan jalan kehidupan. Kita memilih dunia yang
berbeda. Aku akan mulai belajar mensyukuri hidupku yang sekarang. Mencoba menerima
kehidupanku yang baru. Bersama orang – orang baru yang ada di sekitarku. Aku justru
tidak berharap bertemu denganmu lagi. Karena jika iya, itu pasti akan
menyakitkan dan menyiksa. Aku ingin bahagia juga. Terimakasih, kamu.. yang dulu
pernah menjadi orang yang spesial di hatiku. Terimakasih untuk kebaikanmu
selama tiga tahun. Kau adalah anugerah yang indah yang pernah Allah berikan
untukku.
0 komentar