Bukan Kamu
Hari ini aku senang
sekali. Baru saja aku membeli satu ikat bunga mawar putih untuk kekasihku
karena ia sedang berulang tahun. Aku juga sudah membeli gaun putih dengan
potongan feminim yang amat indah. “pasti Rendy suka dengan gaunku ini.” Kataku
lirih sambil tersenyum kepada bayanganku di cermin. Hari ini aku juga sudah
memesan tempat yang paling romantis untuk kami berdua. Restaurant dengan
pemandangan matahari tenggelamlah yang aku pilih. Sengaja aku memilih waktu
senja agar aku dan Rendy bisa menikmati sunset
berdua.
Aku segera menyambar jaket hitam tebalku dan bunga mawar
putih yang sudah ku beli tadi. Lalu aku menuju garasi rumah. Ku keluarkan mobil
Avanza putihku dengan gantungan kunci berbentuk hati pemberian dari Rendy. Aku
sudah sampai di Resto yang sudah aku pesan tadi. Aku memilih tempat yang
langsung menghadap ke matahari tenggelam.
Jam tangan Hello Kitty ku menunjukan jam 5 kurang
seperempat. Senja pun mulai menyapaku yang sedang menunggu sesuatu sendirian.
Ku keluarkan handphoneku lalu ku sms Rendy bahwa aku sudah menunggunya. Ia juga
tak kunjung membalas sms ku. Aku makin gelisah. Senja lah yang kemudian
menemaniku. Ku kenakan kembali jaket hitam tebalku. Dengan perasaan sangat kecewa,
aku meniggalkan Resto itu dan kuletakkan satu ikat mawar putih di atas meja.
Saat aku berbalik untuk melihat meja yang kini terlihat
sepi, ku lihat bunga mawar putihku sudah tidak ada. Aku tidak mengerti apa yang
terjadi. “apakah Rendy datang? Tapi mengapa ia tak memanggil namaku?” kataku
sambil mengerutkan dahi. Karena aku merasa sangat kecewa, aku pun pulang.
2 hari kemudian, aku sudah melupakan rasa kecewaku
terhadap Rendy. Aku mengirim pesan pendek untuknya bahwa aku ingin bertemu
dengannya di tempat biasa saat senja tiba. Sengaja aku sudah memesan satu ikat
mawar putih untuknya lagi. Ku kenakan lagi gaun putihku yang sudah aku cuci.
Seperti biasa, aku berangkat dengan mobil putihku.
Sesampainya di tempat biasa, aku melihat seorang pria
duduk di tempat duduk Rendy biasanya. Rendy terlihat beda sekali. Namun,
setelah aku mendekat, ternyata dia bukan Rendy yang ku kenal. Dia berdiri dan
berkata “ hai, apa kamu Klara? Temannya Rendy ya?”. “iya, aku Klara dan aku
kekasihnya Rendy! Siapa kamu?” jawabku dengan heran namun kesal karena ia bukan
Rendy. “kenalkan, namaku Dirra. Aku sahabatnya Rendy. Ada sesuatu yang ingin
aku ceritakan kepadamu. Aku mohon dengarkan ceritaku ini karena ini tentang
Rendy.” Katanya lalu menyuruhku untuk duduk di sampingnya. Senja pun mulai
tiba. Dirra pun memulai cerita. “Semua bermula 2 bulan yang lalu saat kau dan
Rendy akan makan malam di Restaurant yang kamu datangi 2 hari yang lalu. Saat
sebelum ia berangkat, ia berpesan kepada ku bahwa ia menyuruhku untuk menjagamu
tanpa kamu ketahui. Ternyata, takdir berkata lain. Rendy berniat untuk
melamarmu saat matahari tenggelam yaitu saat senja hari. Namun sebelum ia
sampai di Restaurant itu, ia mengalami kecelakaan yang luar biasa. Ia sangat
kritis ketika menuju ke Rumah Sakit. Namun dalam perjalanan ia menghembuskan
nafasnya yang terakhir.”
Tanpa kusadari air mataku mengalir begitu hebatnya. Ku
peluk Dirra sekuat mungkin dan kulepaskan. Namun percuma karena ini sudah
sangat terlambat. “nggak.. nggak mungkin!!! Rendy masih hidup! Kamu jangan
ngarang cerita ya!” kataku sambil menatap marah kepadanya. “aku nggak ngarang
cerita. Kalau mau, biarkan kau kuantar ke makam Rendy.” Katanya yang berusaha
meyakinkanku.
Setibanya di makam Rendy, banyak sekali bunga mawar putih
dariku yang ingin ku berikan kepadanya namun selau hilang sendiri ketika ku
tinggalkan. Saat aku menunggunya di toko buku, saat aku menunggunya sepulang
kuliah, saat aku menunggunya di tempat biasa kami mengobrol, bahkan saat di
Restaurant yang pernah ku pesan untuknya, setiap aku meletakkan bunga mawar
putihku di sana selalu hilang dengan sendirinya. Ternyata itu adalah perbuatan
Dirra. Ia sengaja melakukan hal itu untuk Rendy. Pesan pendek yang ku kirim
selama ini, yang menerima adalah Dirra bukan Rendy. “sebelum dia pergi, dia
menitipkan sebuah album photo. Ternyata isinya foto kamu dengan dia. Ada juga
pesan darinya untukku supaya aku menjagamu, menerima pemberian bunga mawar
putihmu dan mengatakan hal yang sebenarnya di saat yang tepat.” Kata Dirra.
Tanpa terasa air mataku menetes begitu saja. Lama – lama berubah menjadi
tangisan yang sangat menyakitkan. Aku pun meminta Dirra untuk mengantarkanku ke
makam Rendy.
Sesampainya di makam Rendy, aku berlutut dan mengusap
nisannya. Kuletakkan mawar putihku diatasnya. Kupeluk erat meskipun hanya
sebuah nisan bisu. Dirra sejenak hanya memandang tangisanku namun kemudian ia
memelukku. Ku peluk erat Dirra dan aku menumpahkan tangisanku kepadanya. Rendy
kekasihku yang paling aku cintai, semoga kau tenang di sana.
Percaya atau tidak, 3 tahun kemudian aku dan Dirra bertunangan.
Dan beberapa bulan lagi kami akan menikah. Aku sangat bahagia meskipun bukan
bersama Rendy yang ada di hatiku selamanya.
0 komentar