Pages

Selasa, 26 Maret 2013

Untuk Orang Sebaik Kamu


Entah apa yang membuatku mengingatmu hari ini. Ini bukan tentang bakpao coklat. Ini bukan tentang masa laluku yang mencoba menggangku pikiranku lagi, dan juga buka tentang sepotong biskuit. Tetapi ini tentang kamu. Susah bagiku untuk mengibaratkan kamu. Apapun ibaratnya kamu, bagiku kamu adalah orang pertama yang pernah menahan hatiku disana, dihatimu. Saat mengingatmu, aku tidak tertawa geli, aku tidak tersenyum senang, tetapi aku mengangis. Aku menangis karena betapa bahagianya aku saat mengingat masa – masa kita dulu. Dan mungkin betapa kini aku merindukanmu. Jujur tak seperti aku mengingat bakpao coklat atau masa laluku. Mengingatmu adalah anugerah bagiku. Dan pernah bersamamu adalah salah satu hal terindah dalam hidupku.

Berawal dari persahabatan dan organisasi yang sama

Sebuah persahabatanlah yang membuat kita dipertemukan. Sebelumnya aku tak mengenalmu. Sebelumnya kita tak pernah saling menyapa. Namun saat dimana kau dan aku ada dalam sebuah kelompok persahabatan di tahun pertama sekolah menengah pertama kita, aku mulai mengenalmu. Aku beruntung memiliki kelas, dimana orang – orang didalamnya sudah menjadi bagian terpenting dalam hidupku. Mereka keluargaku. Di tahun kedua, kita semakin dekat. Tak jarang kau dan aku berbagi cerita hidup kita. Aku mengetahui siapa saja orang yang menjadi tempat hatimu pernah singgah. Dan seperti biasa, aku memaklumi semua itu. Karena kita sahabat. Di tahun kedua juga, kita memasuki sebuah organisasi yang sama. Kita semakin dekat. Kekeluargaan dalam organisasi itulah yang membuat kita semakin dekat. Kau sudah kuanggap seperti kakakku. Kau adalah seorang yang penyayang dan bertanggung jawab. Itu yang kusuka darimu. Sikap dewasamu. Meskipun terkadang kau kekanak – kanakan saat bercanda. Itu yang membuatmu spesial.

Beberapa kenangan yang masih kuingat..

Bersamamu, segalanya terasa menyenangkan. Tak ada yang perlu disesali. Caramu memandangku membuat aku merasa sempurna. Aku tak perlu merasa kecil dihadapanmu. Kau menerima segala yang ada padaku. Dan kau apa adanya dengan dirimu saat itu. Entah kenapa, aku selalu merasa nyaman didekatmu. Mungkin itu yang membuatku tak pernah pergi jauh darimu. Tak secara detail aku akan menceritakan kenangan – kenangan kita. Karena sangat sulit menceritakan kenangan – kenangan itu yang selalu membuatku merindukanmu. Mungkin akan kumulai dengan saat kita bercanda yang memecah kebosananku dan hanya kamulah, laki – laki pertama yang bisa membuatku tertawa selepas itu, tersenyum selebar itu, dan tersipu semerah itu. Kita juga pernah bertengkar. Terkadang aku jengkel dengan segala kelakuan yang membuatku sebal. Kau benar – benar tidak peka. Itu pikirku dulu. Namun sejengkel – jengkelnya aku, aku tidak pernah bisa marah kepadamu. Senyummu dan kata – kata bodoh menggelikan yang membuatku lupa akan masalahku dan marahku kepadamu. Dan kita pun tidak pernah bertengkar lagi. Kamu juga sering jahil. Mungkin itu caramu menarik perhatianku. Kau juga sering menenangkanku disaat aku bingung dan frustasi. Segala kenangan tentangmu, segala penglihatanku terhadapmu, apapun yang kamu lakukan, masih terlihat jelas dalam ingatanku. Dan aku merindukan saat dimana semua itu nyata. Kini kau hanyalah sebatas ingatanku saja. Sungguh aku berharap semua itu nyata sekarang.

Saat dimana aku pasti merindukanmu

Waktu terus berputar dan detak jam dinding terdengar jelas. Aku masih terpaku pada layar laptop. Masih terhanyut dengan memori lamaku. Memori lama tentangmu. Aku kira, aku akan segera melupakanmu. Namun ternyata, ada saat dimana aku akan merindukanmu. Kapan saja, termasuk saat ini. Saat ini aku benar – benar merindukanmu. Gerimis kecil membasahi pipiku ketika mengingat tawa dan senyummu. Ingin sekali aku bertemu denganmu saat ini. Ingin sekali aku memelukmu untuk sedikit menghilangkan rasa rindu yang begitu menggebu. Aku dibuat gila olehmu. Aku merebahkan bahu, mencoba menarik napas panjang – panjang. Mencoba kembali menyimpan emosi rinduku. Aku kembali bisa mengendalikan diriku. 

Mungkin ini sudah jalannya. Kita harus berpisah di persimpangan jalan kehidupan. Kita memilih dunia yang berbeda. Aku akan mulai belajar mensyukuri hidupku yang sekarang. Mencoba menerima kehidupanku yang baru. Bersama orang – orang baru yang ada di sekitarku. Aku justru tidak berharap bertemu denganmu lagi. Karena jika iya, itu pasti akan menyakitkan dan menyiksa. Aku ingin bahagia juga. Terimakasih, kamu.. yang dulu pernah menjadi orang yang spesial di hatiku. Terimakasih untuk kebaikanmu selama tiga tahun. Kau adalah anugerah yang indah yang pernah Allah berikan untukku. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar