Hari ini aku bertemu dengannya. Kali ini aku tidak menghindari tatapan matanya. Kali ini aku tidak lari terbirit - birit karena saking senangnya melihat bakpao coklat ada di sekitarku. Namun kali ini dia menyapaku. Iya, dia menyapaku dan seketika membuat kupu - kupu berterbangan di perutku. Aku tidak menyangka dia akan menyapaku. Rasa suka yang hampir menghilang karena telah lama kupendam ini, kini kembali menyeruak seiring dengan seringnya kamu tersenyum kepadaku.
Aku tidak menyangka kau akan menyapaku. Bahkan aku sudah tidak peduli ada ataupun tidaknya kehadiranmu. Namun pagi itu, ketika pagi yang seharusnya menenangkan justru dibikin suram oleh macet di mana - mana, kau memanggil namaku begitu saja. "Halo dhik..". Tentu saja aku kaget, karena baru saja aku turun dari motor, aku sudah mendengar suara laki - laki memanggilku. Dalam hati aku bergumam, ada yang memanggilku? "Haaah?" hanya kata itu saja yang berhasil keluar dari mulutku. Lalu aku menoleh untuk mencari tau pemilik suara itu. "Halo..." ulangnya sambil menatapku dalam jarak cukup dekat. Saat itu
juga rasanya aku ingin pingsan. Namun aku kembali sadar bahwa kalau aku
pingsan, aku tidak tau hal apa yang akan terjadi selanjutnya. Matanya.. Senyumnya.. Sungguh dia sangat shinning pagi itu. "Oh.. haha, haiii!" balasku kemudian setelah menikmati sinarnya untuk sesaat. Dia pun segera berjalan menuju gedung sekolah kami. Aku yang masih terdiam di dekat motorku, masih senyum - senyum menikmati euforia sinarnya pagi itu.
Lalu untuk sejenak aku mengingat kejadian di perpustakaan beberapa waktu lalu. Di ujung lorong rak buku, tempat di mana ada beberapa sofa empuk dan satu meja, aku melihatmu tertidur disana. Aku terdiam sesaat ketika melihatnya. Lalu aku sengaja untuk menikmati keindahannya sebentar saja. Aku melihat rahang nya dengan sangat jelas. Aku mengamati setiap lekukan wajahnya. Dia terlihat.. sangat lelah. Iya, dia sangat sibuk semenjak dia terpilih menjadi orang paling penting di kalangan siswa sekolah kami. Pasti dia sering sekali tidak masuk kelas karena amanah yang dipikulnya saat ini. Pasti dia tidak ingin teman - teman sekelasnya melihat dia ketiduran dan mencap sebagai tukang tidur. Maka dari itu dia tidur di ujung perpustakaan ini.
Lalu ingatan tentang bakpao coklat di perpustakaan pun telah usai. Kini aku memikirkan tentang perasaanku. Ternyata aku masih bisa dibuat melayang oleh bakpao coklat. Meskipun hanya sebuah sapaan yang tidak berarti apa - apa jika dibandingkan dengan hal lainnya. Baginya, menyapaku bukanlah hal yang luar biasa ataupun hal yang penting. Seandainya aku bisa mendapatkan hal lebih dari sekedar sapaan. Seandainya aku bisa mendapatkan hal lebih dari sekedar senyuman. Bapkao Coklat, ternyata masih ada satu ruang di sini untukmu..
Dari Teh Hangat yang masih tenang,
Untuk Bakpao Coklat di pagi hari.
0 komentar