Pages

Senin, 04 Juni 2012

Cerpenku : Bukan Kamu

Bukan Kamu

         Hari ini aku senang sekali. Baru saja aku membeli satu ikat bunga mawar putih untuk kekasihku karena ia sedang berulang tahun. Aku juga sudah membeli gaun putih dengan potongan feminim yang amat indah. “pasti Rendy suka dengan gaunku ini.” Kataku lirih sambil tersenyum kepada bayanganku di cermin. Hari ini aku juga sudah memesan tempat yang paling romantis untuk kami berdua. Restaurant dengan pemandangan matahari tenggelamlah yang aku pilih. Sengaja aku memilih waktu senja agar aku dan Rendy bisa menikmati sunset berdua.

            Aku segera menyambar jaket hitam tebalku dan bunga mawar putih yang sudah ku beli tadi. Lalu aku menuju garasi rumah. Ku keluarkan mobil Avanza putihku dengan gantungan kunci berbentuk hati pemberian dari Rendy. Aku sudah sampai di Resto yang sudah aku pesan tadi. Aku memilih tempat yang langsung menghadap ke matahari tenggelam.

            Jam tangan Hello Kitty ku menunjukan jam 5 kurang seperempat. Senja pun mulai menyapaku yang sedang menunggu sesuatu sendirian. Ku keluarkan handphoneku lalu ku sms Rendy bahwa aku sudah menunggunya. Ia juga tak kunjung membalas sms ku. Aku makin gelisah. Senja lah yang kemudian menemaniku. Ku kenakan kembali jaket hitam tebalku. Dengan perasaan sangat kecewa, aku meniggalkan Resto itu dan kuletakkan satu ikat mawar putih di atas meja.

            Saat aku berbalik untuk melihat meja yang kini terlihat sepi, ku lihat bunga mawar putihku sudah tidak ada. Aku tidak mengerti apa yang terjadi. “apakah Rendy datang? Tapi mengapa ia tak memanggil namaku?” kataku sambil mengerutkan dahi. Karena aku merasa sangat kecewa, aku pun pulang.

            2 hari kemudian, aku sudah melupakan rasa kecewaku terhadap Rendy. Aku mengirim pesan pendek untuknya bahwa aku ingin bertemu dengannya di tempat biasa saat senja tiba. Sengaja aku sudah memesan satu ikat mawar putih untuknya lagi. Ku kenakan lagi gaun putihku yang sudah aku cuci. Seperti biasa, aku berangkat dengan mobil putihku.

            Sesampainya di tempat biasa, aku melihat seorang pria duduk di tempat duduk Rendy biasanya. Rendy terlihat beda sekali. Namun, setelah aku mendekat, ternyata dia bukan Rendy yang ku kenal. Dia berdiri dan berkata “ hai, apa kamu Klara? Temannya Rendy ya?”. “iya, aku Klara dan aku kekasihnya Rendy! Siapa kamu?” jawabku dengan heran namun kesal karena ia bukan Rendy. “kenalkan, namaku Dirra. Aku sahabatnya Rendy. Ada sesuatu yang ingin aku ceritakan kepadamu. Aku mohon dengarkan ceritaku ini karena ini tentang Rendy.” Katanya lalu menyuruhku untuk duduk di sampingnya. Senja pun mulai tiba. Dirra pun memulai cerita. “Semua bermula 2 bulan yang lalu saat kau dan Rendy akan makan malam di Restaurant yang kamu datangi 2 hari yang lalu. Saat sebelum ia berangkat, ia berpesan kepada ku bahwa ia menyuruhku untuk menjagamu tanpa kamu ketahui. Ternyata, takdir berkata lain. Rendy berniat untuk melamarmu saat matahari tenggelam yaitu saat senja hari. Namun sebelum ia sampai di Restaurant itu, ia mengalami kecelakaan yang luar biasa. Ia sangat kritis ketika menuju ke Rumah Sakit. Namun dalam perjalanan ia menghembuskan nafasnya yang terakhir.”

            Tanpa kusadari air mataku mengalir begitu hebatnya. Ku peluk Dirra sekuat mungkin dan kulepaskan. Namun percuma karena ini sudah sangat terlambat. “nggak.. nggak mungkin!!! Rendy masih hidup! Kamu jangan ngarang cerita ya!” kataku sambil menatap marah kepadanya. “aku nggak ngarang cerita. Kalau mau, biarkan kau kuantar ke makam Rendy.” Katanya yang berusaha meyakinkanku.

            Setibanya di makam Rendy, banyak sekali bunga mawar putih dariku yang ingin ku berikan kepadanya namun selau hilang sendiri ketika ku tinggalkan. Saat aku menunggunya di toko buku, saat aku menunggunya sepulang kuliah, saat aku menunggunya di tempat biasa kami mengobrol, bahkan saat di Restaurant yang pernah ku pesan untuknya, setiap aku meletakkan bunga mawar putihku di sana selalu hilang dengan sendirinya. Ternyata itu adalah perbuatan Dirra. Ia sengaja melakukan hal itu untuk Rendy. Pesan pendek yang ku kirim selama ini, yang menerima adalah Dirra bukan Rendy. “sebelum dia pergi, dia menitipkan sebuah album photo. Ternyata isinya foto kamu dengan dia. Ada juga pesan darinya untukku supaya aku menjagamu, menerima pemberian bunga mawar putihmu dan mengatakan hal yang sebenarnya di saat yang tepat.” Kata Dirra. Tanpa terasa air mataku menetes begitu saja. Lama – lama berubah menjadi tangisan yang sangat menyakitkan. Aku pun meminta Dirra untuk mengantarkanku ke makam Rendy.

            Sesampainya di makam Rendy, aku berlutut dan mengusap nisannya. Kuletakkan mawar putihku diatasnya. Kupeluk erat meskipun hanya sebuah nisan bisu. Dirra sejenak hanya memandang tangisanku namun kemudian ia memelukku. Ku peluk erat Dirra dan aku menumpahkan tangisanku kepadanya. Rendy kekasihku yang paling aku cintai, semoga kau tenang di sana.

            Percaya atau tidak, 3 tahun kemudian aku dan Dirra bertunangan. Dan beberapa bulan lagi kami akan menikah. Aku sangat bahagia meskipun bukan bersama Rendy yang ada di hatiku selamanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar