Pages

Senin, 04 Juni 2012

Untuk Kamu, Malaikat Bermata Bulat


Untuk kamu, malaikat bermata bulat..


Pertemuan kita, memang tidak pernah direncanakan. Saat itu, baru saja aku mengangkat pensilku saat semua bulatan sudah terisi penuh. Kamu, yang ada dibelakangku mencoba mengambil lembar jawabku dan kamu berhasil. Aku sangat benci jika ada orang tanpa permisi merebut begitu saja barangku. Dan kamu, termasuk orang itu. Seketika juga aku berteriak. Tidak peduli siapa yg ada disekitarku. Karena aku dipenuhi emosi, aku melotot padamu. Saat itu, aku begitu marah padamu. 


Namun, saat mata kita bertemu. Aku merasa ada yang lain di mata bulatmu. Wajahku yang merah pun segera padam. Lembar jawabku sudah ada ditanganku. Aku pun segera  berbalik dan.. menyesal!! Aku menyesal telah marah padamu. Aku menyesal telah berteriak padamu. Rasa bersalahmu membuatku lemah. Wajahmu seperti malaikat tak bersalah. Mata bulat mu masih berkeliaran dalam ingatanku. Sampai saat ini…
Setelah kejadian itu, aku selalu penasaran oleh sosokmu. Aku selau ingin tau apa saja tentang dirimu. Dimana kelasmu, dimana rumahmu, siapa namau, apa saja tentang dirimu. Kita memang bukan teman sekelas, kau dan aku, hanya kebetulan berada dalam satu kelas di suatu bimbingan belajar. Namun aku menyukai kebetulan itu.

Aku selalu menunggu kehadiranmu, malaikat bermata bulat…

Aku buru – buru turun dari bis Tempel-Jogja. Diikuti teman – teman sekelasku yang lain, kami berlari – lari kecil menuju front office bimbel kami. Dan segera menuju ke kelas. Perasaan penasaran akan sosok itu muncul lagi. Kali ini aku menunggunya datang. Aku menunggu mata bulat itu. Dia selalu duduk dibelakangku. Aku selalu tidak bisa duduk dibelakangmu karena kamu duduk di baris yang paling belakang. Namun terkadang jika aku berbicara dengan teman yg ada di belakangku, aku selalu mencuri – curi untuk menatapmu. Dan kadang mata kita bertemu. Namun tak lama, karena baik kau atau aku, selalu sesegera mungkin mengalihkan tatapan kita masing – masing. Aku terkadang tertawa kecil tanpa suara jika menyadari hal itu.

Kadang tanpa kesengajaan saat kami (semua orang dikelas) sedang berdebat, dan kau mengungkapkan pendapatmu, aku bisa menyangkalnya dan meyakinkan teman yang lainnya dan tentor kami. Dan aku suka itu. Aku suka ketika argumenku menang dan ia menatapku dengan putus asa.

Namun, saat tahun – tahun terakhir sekolah kita hampir habis, aku jarang sekali melihatnya. Di pikiranku aku selau bertanya, apakah kita akan bertemu? Tapi dimana? Kapan? Kemanakah kamu akan melanjutkan sekolah? Akankah kita sekelas lagi? Dapatkah aku melihat mata bulatmu lagi? Aku selalu tersiksa oleh  semua pertanyaan itu. Ingin sekali aku duduk di sampingmu sambil menatap mata bulatmu dan kita berdua tersenyum saling menatap satu sama lain. Namun itu hanya mimpi ditengah malam yang tak pernah menjadi kenyataan.

Dari aku yg selalu merindukan mata bulatmu….

Tidak ada komentar:

Posting Komentar