Cinta
datang karena terbiasa. Mungkin itu yang terjadi padaku saat ini. Sebelumnya,
aku tidak mempunyai sedikit pun rasa kepadamu. Melamunkan saja, aku tak sudi.
Di mataku, kamu hanyalah sosok laki – laki biasa, tidak menarik. Namun ternyata
cinta tidak selalu datang di awal pertemuan. Beberapa minggu kemudian, beberapa
bulan kemudian, aku sering sekali dipertemukan oleh suatu kebetulan. Perlahan
kau ciptakan magnet yang membuat aku mau melihat sisi lain dari dirimu. Aku
mulai tertarik dalam duniamu. Dunia yang mungkin tak akan pernah ada aku di
dalamnya. Kamu.. sosok laki – laki yang menyimpan begitu banyak rahasia.
Awalnya
tak jarang kita bercanda dan tertawa bersama. Aku merasa sangat nyaman saat
bersamamu. Namun entah mengapa sesuatu terjadi. Aku merasa magnetku yang mulai
kuciptakan juga untuk menarik dirimu mulai hilang. Sejak peristiwa itu, kamu
menjauh. Aku tidak tahu harus berbuat apa. Aku mulai introspeksi diri. Aku
tidak salah. Tidak ada yang salah. Kalau begitu kenapa kamu berubah? Apakah
karena kamu sudah bisa beradaptasi dengan lingkungan baru ini? Karena itu, kamu
sudah menemukan teman yang lebih bisa membuatmu nyaman. Kau ciptakan jarak yang
sangat jauh diantara kita. Jarak yang dikelilingi oleh tembok besar. Sehingga aku
tidak mungkin bisa menghancurkan jarak yang membatasiku untuk selalu bersamamu.
Meskipun
kau ciptakan jarak yang sangat jauh diantara kita, aku tetap memperhatikanmu.
aku selalu mengamatimu. Mencuri pandang untuk sekedar melihat wajahmu.
Terkadang tak sengaja mata kita bertemu. Dan saat itulah aku mengharapkan
sesuatu darimu. Namun kau tetap diam. Aku pun tidak berani tersenyum kepadamu.
Terkadang juga, saat yang lain tertawa, aku menoleh ke arahmu untuk melihat
ekspresimu. Dan betapa beruntungnya aku ketika aku menemukan sebuah senyum dan
tawa di wajahmu. Jika aku benar – benar beruntung, saat kulihat senyum dan tawamu
itu, mata kita bertemu. Lagi – lagi aku menoleh karena tak sanggup oleh
tatapanmu. Ada sesuatu dibalik tatapanmu. Matamu membiusku. Matamu bagaikan
obat yang membuat aku kecanduan. Sehari saja aku tak bisa tidak melihat matamu.
Kau memiliki mata yang sangat indah sekaligus tajam. Aku suka matamu.
Sekarang,
aku tidak pernah berbicara denganmu. Tersenyum kepadamu saja, sudah tidak pernah.
Aaaarghhh!! Aku benci keadaan ini! Aku ingin kita seperti dulu. Tak ada
kecanggungan saat aku ingin berbicara denganmu. Tak ada rasa malu atau rasa
bersalah ketika aku ingin melukiskan sebuah senyuman untukmu. Aku ingin kita
seperti saat pertama kita mendiskusikan tentang suatu gagasan. Aku
merindukan kamu yang dulu. Seandainya
kamu membaca ini. Seandainya kamu tahu yang aku maksud itu kamu. Aku ingin kamu
tahu bahwa tak perlu kamu bersedih untuk mengharapkannya. Kamu mengharapkan
sosok perempuan itu. Perempuan yang memiliki kulit putih dan mata yang agak
sipit. Memang sosok perempuan yang sempurna. Tahukan kamu, saat kamu kecewa
karena kamu tidak bisa saling mengirim pesan singkat dengannya? aku disini selalu
mengharapkan pesan singkat darimu. Selalu memeriksa time line twittermu. Selalu
menunggu kabar baru dari time linemu. Karena saat jatuh cinta, kita rela membuang
waktu untuk mencari sesuatu tentang orang yang kita suka.
Dalam
coretan sederhana ini, aku ingin kamu tahu bahwa orang yang selama ini menyukaimu itu adalah aku. orang yang selama ini selalu menunggu akan kehadiranmu. Tersenyum senang ketika
kamu datang. Tertawa kecil ketika membaca tweetmu. Aku tahu aku tak cukup
sempurna untuk menggantikan sosok perempuan yang kamu puja. Jadi, aku hanya
bisa menyukaimu dalam diam. Aku tak akan pernah bisa menggampaimu. Walaupun aku
berusaha menciptakan magnet untuk kita, kutub kita tidak akan pernah berbeda. Karena magnet akan saling tolak menolak ketika mereka mempunyai kutub yang sama. Kenapa kamu menjauh saat aku sudah bisa melihat sisi lainmu? Sesuatu yang
mengalir dalam darahmu yang membuatku selalu kagum akan sesuatu yang kau
hasilkan. Karyamu seperti matamu, membiusku. Kamu seharusnya tercipta untuk
menjadi milikku. Tercipta untuk tersenyum kepadaku. Untuk tawa yang hanya
ditujukan kepadaku. Aku, selalu menyukaimu dalam diam. Memperhatikanmu dalam jarak
sejauh ini…
0 komentar