Angin
berhembus pelan mengibaskan kain penutupku. Kutatap langit biru yang membentang
luas di depanku lengkap dengan burung – burung yang mulai berimigrasi. Senja masih
cukup lama, dengan begitu aku masih memiliki waktu untuk menikmati suasana
damai ini. Diatas bukit ini, aku bisa melihat kanvas – kanvas di bawah sana.
Mereka masing – masing telah memiliki warnanya sendiri. Bahkan mereka telah
memiliki pelukis yang berkewajiban untuk melukiskan berbagai macam kehidupan.
Salah satunya melukiskan kenangan sang pelukis dengan kanvas yang telah ia
pilih untuk ia lukis. Mereka saling melukis. Mereka saling dilukis. Namun
diantara kanvas – kanvas berwarna itu ada beberapa kanvas putih kosong, tak ada
satu coret pun yang terlukis di sana. Namun ada juga kanvas penuh debu dan
kusam. Kanvas itu kanvas milikku.
Sudah
hampir setahun aku kehilangan sosokmu. Sosok laki – laki yang pernah melukiskan
kenangan di atas kanvasku. Sebelumnya kanvasku ini benar – benar kosong. Tak
ada satu coret pun yang terlukis disana. Putih, polos, tak ada warna. Hingga
kamu datang membawa warna – warna indah itu. Kau lukiskan satu – persatu
kenangan – kenangan itu. Kanvasku menjadi berwarna dan hidup semenjak kau
memilih kanvasku ini. Hingga pada suatu saat kau lukiskan awan mendung dan
hujan yang kemudian hujan itulah yang telah menghapus warna – warna darimu.
Seiring
berjalannya waktu, Kini kanvasku kosong seperti awal sebelum aku mengenalmu.
Aku tidak tahu siapa yang akan mengisinya kembali. Tapi aku juga tidak berharap
banyak. Aku telah mencoba menarikmu kembali ke dalam kanvasku. Agar kau bisa
dengan leluasa melukiskan kenangan baru untukku. Namun kamu telah berubah. Kamu
yang sekarang tidak memiliki warna untuk melukis di atas kanvas kosongku. Mungkin
sekarang kamu memiliki kanvas baru. Mungkin kamu telah memiliki kewajiban untuk
melukiskan kenangan – kenanganmu di atas kanvas barumu. Mungkin kamu telah
melupakan kanvasmu yang lama. Kau bahkan tidak tahu bagaimana keadaannya.
Apakah kamu tahu bagaimana kanvas lamamu sekarang? Apakah pernah kau
memikirkannya? Setidaknya pernahkah dia melintas dalam benakmu? Biarkan aku
memberitahumu. Penuh debu dan kusam, itu lah keadaannya sekarang. Tanpamu tak
ada yang menyentuhnya hingga berdebu. Tanpamu, tak ada warna yang mengisi
kanvas itu hingga warnanya kusam.
Kanvas
lamamu telah mencoba mencari pelukis barunya. Agar dia bisa melupakanmu, sang
pelukis pertamanya. Namun apa yang
terjadi? Sampai sekarang kanvasnya masih kosong. Entah apa sebabnya. Mungkin
tak ada yang ingin membersihkan debu yang menutupi betapa putih dan bersihnya
kanvas miliknya atau mungkin tak ada yang mau melukis kenangan baru di atas
kanvas miliknya. Kanvas lamamu masih kusam dan berdebu sampai sekarang.
Keadaannya sama seperti saat kau meninggalkannya. Sama seperti saat terakhir
kali kau melukiskan hujan untuk menghapus warna – warnanya.
Lamunanku
tentang kanvas dan sang pelukisnya pun lenyap seketika saat aku mendengar suara
yang meneriakkan namaku. Setelah berhasil kembali ke dunia nyata, aku menengok
untuk mengetahui siapa pemilik suara itu. Aku melihat mereka. Dengan senyuman
khas mereka masing – masing, mereka melambaikan tangan ke arahku. Saat itu juga
aku baru sadar, betapa beruntungnya diriku karena masih memiliki mereka, teman –
teman yang selalu ada untukku selama ini. Aku pun bangkit dari tempat dudukku. Aku
pun mulai tersenyum saat perlahan aku mulai menghampiri mereka. Senyumku
semakin lebar dan langkahku semakin cepat saat cahaya matahari senja mulai
menyelimuti banyanga mereka.
Langkahku
meninggalkan jejak – jejak kaki diatas rumput hijau keemasan. Seiring dengan
itu, kenangan tentang kisah cinta lamaku pun ikut tertinggal bersama dengan jejak – jejak
itu. Seakan beban tentang kenangan itu telah terlepas dari pundakku. Kini semuanya
terasa ringan dan aku bisa bernafas lega. Akhirnya aku bisa melepaskan semua
kenangan – kenangan lamaku dengan pelukis lamaku. Aku tidak ingin menunggu
untuk dilukis. Selama aku bisa melukis untuk orang lain, aku akan ikut bahagia
karena warna – warna yang kuciptakan untuk mereka. Dengan begitu, aku yakin
mereka juga akan melukis kenangan – kenangan baru untukku. Kenangan baru tanpa
ada awan mendung yang akan menghapus warna – warna yang kuciptakan sendiri
maupun orang lain. Aku berjanji untuk menjaga kanvasku tetap hidup.
0 komentar