Aku tidak mengerti, kenapa sampai sekarang aku masih memikirkanmu. Entah mengapa, ada bagian dari dirimu yang membuatku masih peduli kepadamu. Sudah hampir satu tahun aku menjalani hari – hariku tanpamu. Mungkin catatan sederhana ini takkan pernah ada jika kita masih saling memiliki.
Mungkin
dulu itu salahku. Salahku yang tidak mencegahmu ketika kamu melangkah pergi.
Salahku yang membiarkanmu pergi semakin menjauh. Sedangkan aku hanya diam
menatap punggungmu yang kini semakin menghilang, hingga aku tak mampu meraihmu
kembali.
Sekarang
aku merasakannya. Merasakan bagaimana hari – hari yang kulewati tanpa senyum
khas mu. Dulu, pesan – pesan singkat darimu selalu memenuhi inbox handphoneku.
Dulu, selalu ada pesan semangat untukku meskipun tidak setiap hari. Aku sangat
senang saat aku tahu bahwa kau sangat peduli kepadaku. Setelah kau
meninggalkanku, tak ada ritual selamat pagi lagi diantara kita dan setelah kau
pergi, hatiku benar – benar kosong. Tak ada yang mengisi hatiku sekalipun itu
orang yang aku kagumi.
Waktu
terus berjalan, Matahari masih setia terbit saat aku terbangun. Seiring
berjalannya waktu, aku selalu berusaha untuk melupakanmu. Namun sekeras apapun
aku melupakanmu, kau bagaikan tinta permanent yang telah membekas di hati dan
pikiranku. Terkadang aku masih memikirkanmu ketika aku menjeda kesibukanku.
Dengan tiba – tiba kau masuk begitu saja yang seketika membuat hatiku
terselimuti kabut. Apalagi saat aku
mengingat masa – masa kita dulu. Saat kau berjanji satu hal padaku.
Sekarang, janji itu sudah menjadi abu yang terkikis oleh waktu. Tak berbekas.
Apakah kau masih ingat janji itu? Atau kau sudah mengubur semuanya dalam – dalam sampai tak seorang pun akan mengetahui bekas abu itu.
Sementara aku masih membiarkan abu itu membekas dan kenangan kita berkuasa.
Aku
tak tahu bagaimana kau di sana. Kita sudah tidak lagi saling menanyakan kabar.
Kita sudah tidak lagi saling berbagi cerita. Cerita tentang dunia kita yang
baru. Juga tidak lagi saling memberi semangat. Aku tak tahu apakah sudah ada
yang membuatmu lebih bahagia sekarang. Tapi terakhir kali kau bercerita tentang
sosok barumu. Tahukah kau bagaimana persaanku setelah tahu itu? Aku merasakan
hal yang tak kumengerti. Mungkin rasa itu yang biasa disebut dengan cemburu.
Ya, aku cemburu. Namun aku sudah tidak ada hak untuk itu. Aku bukan siapa –
siapamu lagi.
Aku
menyesal, mengapa dulu aku memutuskan hubungan kita. Namun mengapa kau juga
berkata ya? Kau seharusnya berkata tidak! Kau seharusnya berusaha merebut
hatiku kembali. Namun nyatanya kau pergi begitu saja. Mungkin aku salah,
mungkin kau tidak pernah benar – benar mencintaiku. Selamanya kau hanyalah
ilusi. Kau hanyalah persaan yang berlalu dan menjadi bagian dari masa – masa
remajaku. Mungkin kita hanyalah dua orang sahabat yang tersesat di jalan yang
salah. Oh aku baru tersadar.. Kita memilih jalan yang salah.
Maafkan
aku yang telah merusak pertemanan kita yang sudah kita bangun bersama selama 3 tahun. Dalam catatan ini, aku ingin berterimakasih padamu yang dulu telah
membukakan pintu hatimu untukku, yang dulu telah membiarkanku memasuki relung
hatimu dan yang dulu telah peduli kepadaku dan sempat memikirkanku. Meskipun
sekarang yang tersisa hanyalah kenangan yang tak berarti apa – apa bagimu.
Terimakasih
telah mewarnai masa beranjak remajaku selama 3 tahun. Dengan adanya kamu,
duniaku menjadi lebih hidup. Kamu adalah cinta pertamaku. Kamu orang pertama
yang pernah menyanyikan lagu cinta untukku. Kamu adalah orang pertama yang
telah mencuri hatiku yang kusimpan dengan hati – hati. Kamu orang pertama yang
pernah menatap secara dalam kedua mataku. Aku tidak pernah lupa bagaimana kita
dulu.
Catatan Sederhana ini aku persembahkan untuk kamu, sahabat dan cinta pertamaku.
0 komentar