Hari ini kau membebaskanku dari segala kerinduanku kepadamu. Hari ini kamu tersenyum kembali kepadaku. Satu hal yang membedakan senyumanmu dengan senyuman yang lainnya, yaitu mata yang menyipit dan kerutan diujung matamu setiap kali kamu tersenyum. Senyumanmu hampir mirip dengan senyuman milik bakpao coklat, tapi tetap saja berbeda. Hari ini aku kecewa karena tidak bisa memberimu senyuman terhebatku. Bibirku beku untuk tersenyum. Lidahku kelu untuk memulai percakapan. Aku senang tapi juga sedih. Ketika aku tahu harapanku terlalu tinggi. Tapi biarlah.. untuk saat ini biarlah aku berharap dan berandai - andai tentang kita. Meskipun aku tahu, waktu takkan membiarkan harapanku tentang kita terus - menerus bersarang dalam benakku.
Sepertinya Tuhan membiarkan aku untuk sesaat memilikimu hari ini. Seharian ini aku melihat punggungmu dalam jarak yang cukup dekat. Cukup dekat hingga aku menyadari ada yang berbeda dari punggungmu. Tak sebidang biasanya, tak sekokoh biasanya. Kau terlihat lelah. Seharian ini kepalamu sering kau tundukkan. Aku merasa kasihan. Saat itu juga aku merasa peduli. Tapi kau takkan pernah tahu. Seharian ini juga aku mendengar suaramu memanggil namaku, mendengar langkah tegap yang terdengar agak letih, mendengar logatmu yang tak biasa, juga mendengar hentakan sepatumu ketika kau sudah merasa penat atau bosan.
Seandainya setiap hari seperti tadi, setiap pertemuan kita terasa begitu berharga. Setiap senyuman yang kau berikan terasa begitu menyejukkan. Setiap tatapan teduh yang kau berikan terasa begitu hangat. Seandainya setiap hari seperti tadi, kau akan menjadi pelangi yang selalu memberikan rasa bahagia. Kau akan menjadi awan yang selalu meneduhkan setiap langkahku. Kau akan menjadi matahari yang selalu menyinari gelapku dan menghangatkan hari - hariku yang sebelumnya dingin karena kehampaan. Aku ingin mengehentikan waktu ketika kau berada di dekatku. Aku ingin... Tak ada periode untuk bersamamu.
0 komentar