Hari ini aku merasa semuanya berkabut. Sedangkan hatiku merasa kalut. Saat rindu juga membalut. Aku berjalan cepat menuju kelasmu. Entahlah tapi yang ada dipikiranku ketika aku butuh seseorang untuk menumpahkan segalanya hanyalah kamu. Maka pagi itu juga, setelah seseorang memvonisku dengan kata - katanya yang amat menusuk hati juga telinga aku menemuimu di kelas. Aku tidak tahu kedatanganku mengganggumu atau tidak. Saat itu aku hanya butuh kamu, teman. Aku berusaha menahan gerimis yang mulai menggenang di pelupuk mata ini. Mencoba menata hati. Tapi perasaanku sedang tidak karuan. Maka air mata ini meluncur begitu saja, lepas dari kendaliku. Aku tak ingin kamu melihatku seperti ini. Apalagi saat itu masih pagi. Tapi aku tak bisa menahannya. Terimakasih sudah mau mendengarkan. Setidaknya ada yang menepuk pundakku. Setidaknya ada yang mau mendengarkan kisahku yang tak begitu penting bagimu. Aku ingin bercerita banyak, ingin mendapatkan ketenangan jika saja kamu bisa membuatku tenang. Tapi waktu tak mengijinkan. Bel berdenting tiba - tiba. Pak Guru pun sudah masuk kelasmu. Aku pun bergegas meninggalkan kelasmu dengan hati yang masih tak karuan. Tapi hati ini sedikit lebih tenang.
Setibanya di kelas aku memikirkannya lagi. Kata - kata yang menyakitkan itu dan perlakuan yang tak menyenangkan itu, membuat air mata yang sudah berhasil kutahan tadi meluncur kembali. Aku tak bisa menahannya. Aku merebahkan bahuku diatas bangku. Menarik napas dalam - dalam. Mencoba menenangkan pikiranku sendiri. Aku yang sekarang sering sekali melakukan sesuatu sendirian. Aku yang sekarang lebih mandiri dari dulu. Sudah tidak banyak bergantung pada teman.
Bel istirahat pun akhirnya berbunyi. Seseorang teman yang dulu pernah membuka mataku tentang kenyataan hidup, datang untuk menemuiku di kelas. Sepertinya suasana hatiku sudah tertebak olehnya. Dia pun memintaku untuk sejenak menumpahkan segala yang memenatkan pikiranku. Dia sangat membantuku. Setibanya di rumah, dia mengirimkan sebuah pesan singkat yang membuatk sadar akan sesuatu. Terimakasih..
Saat aku membuka album fotoku saat masih kelas sepuluh, aku baru sadar bahwa sekarang semuanya telah berubah. Suasana kelas tak setenang dan semenarik dulu. Tak ada alasan lain untuk berangkat ke sekolah. Teman - teman yang dulu selalu mengisi hari - hariku di sekolah sudah pergi. Diantara mereka ada yang sedang sibuk berorganisasi, terlalu cepat untuk pulang, atau sudah tidak peduli dengan teman lamanya. Aku kehilangan titik kenyamanan yang dulu dengan susah payah kudapatkan. Sekarang aku tidak dapat lagi menemukan titik kenyamanan itu. Aku tak suka berada di kelas. Aku benci susana kelas yang sekarang. Jika saja bukan karena untuk kepentingan masa depanku, aku tidak akan berangkat sekolah. Aku merasa ada tapi sebenarnya tidak ada. Tidak ada yang peduli. Saat aku tak berangkat pun tak ada yang menanyakan kenapa.
Malam ini aku meneteskan air mata untuk yang kesekian kalinya. Apakah karena aku terlalu cengeng? Mendramatisir suasana? Aku tidak tahu juga tidak peduli. Aku hanya ingin mengerluarkan sesuatu yang menyesakkan dada ini lewat tetesan - tetesan air mata ini. Semoga saat aku membuka mata besok pagi, semuanya akan berubah menjadi lebih baik. Semoga.
0 komentar