Pages

Jumat, 31 Mei 2013

Dinamika Pertemuan Kita


Cinta datang karena terbiasa. Mungkin itu yang terjadi padaku saat ini. Sebelumnya, aku tidak mempunyai sedikit pun rasa kepadamu. Melamunkan saja, aku tak sudi. Di mataku, kamu hanyalah sosok laki – laki biasa, tidak menarik. Namun ternyata cinta tidak selalu datang di awal pertemuan. Beberapa minggu kemudian, beberapa bulan kemudian, aku sering sekali  dipertemukan oleh suatu kebetulan. Perlahan kau ciptakan magnet yang membuat aku mau melihat sisi lain dari dirimu. Aku mulai tertarik dalam duniamu. Dunia yang mungkin tak akan pernah ada aku di dalamnya. Kamu.. sosok laki – laki yang menyimpan begitu banyak rahasia.

Awalnya tak jarang kita bercanda dan tertawa bersama. Aku merasa sangat nyaman saat bersamamu. Namun entah mengapa sesuatu terjadi. Aku merasa magnetku yang mulai kuciptakan juga untuk menarik dirimu mulai hilang. Sejak peristiwa itu, kamu menjauh. Aku tidak tahu harus berbuat apa. Aku mulai introspeksi diri. Aku tidak salah. Tidak ada yang salah. Kalau begitu kenapa kamu berubah? Apakah karena kamu sudah bisa beradaptasi dengan lingkungan baru ini? Karena itu, kamu sudah menemukan teman yang lebih bisa membuatmu nyaman. Kau ciptakan jarak yang sangat jauh diantara kita. Jarak yang dikelilingi oleh tembok besar. Sehingga aku tidak mungkin bisa menghancurkan jarak yang membatasiku untuk selalu bersamamu. 

Meskipun kau ciptakan jarak yang sangat jauh diantara kita, aku tetap memperhatikanmu. aku selalu mengamatimu. Mencuri pandang untuk sekedar melihat wajahmu. Terkadang tak sengaja mata kita bertemu. Dan saat itulah aku mengharapkan sesuatu darimu. Namun kau tetap diam. Aku pun tidak berani tersenyum kepadamu. Terkadang juga, saat yang lain tertawa, aku menoleh ke arahmu untuk melihat ekspresimu. Dan betapa beruntungnya aku ketika aku menemukan sebuah senyum dan tawa di wajahmu. Jika aku benar – benar beruntung, saat kulihat senyum dan tawamu itu, mata kita bertemu. Lagi – lagi aku menoleh karena tak sanggup oleh tatapanmu. Ada sesuatu dibalik tatapanmu. Matamu membiusku. Matamu bagaikan obat yang membuat aku kecanduan. Sehari saja aku tak bisa tidak melihat matamu. Kau memiliki mata yang sangat indah sekaligus tajam. Aku suka matamu.

Sekarang, aku tidak pernah berbicara denganmu. Tersenyum kepadamu saja, sudah tidak pernah. Aaaarghhh!! Aku benci keadaan ini! Aku ingin kita seperti dulu. Tak ada kecanggungan saat aku ingin berbicara denganmu. Tak ada rasa malu atau rasa bersalah ketika aku ingin melukiskan sebuah senyuman untukmu. Aku ingin kita seperti saat pertama kita mendiskusikan tentang suatu gagasan. Aku merindukan kamu yang dulu. Seandainya kamu membaca ini. Seandainya kamu tahu yang aku maksud itu kamu. Aku ingin kamu tahu bahwa tak perlu kamu bersedih untuk mengharapkannya. Kamu mengharapkan sosok perempuan itu. Perempuan yang memiliki kulit putih dan mata yang agak sipit. Memang sosok perempuan yang sempurna. Tahukan kamu, saat kamu kecewa karena kamu tidak bisa saling mengirim pesan singkat dengannya? aku disini selalu mengharapkan pesan singkat darimu. Selalu memeriksa time line twittermu. Selalu menunggu kabar baru dari time linemu. Karena saat jatuh cinta, kita rela membuang waktu untuk mencari sesuatu tentang orang yang kita suka.

Dalam coretan sederhana ini, aku ingin kamu tahu bahwa orang yang selama ini menyukaimu itu adalah aku. orang yang selama ini selalu menunggu akan kehadiranmu. Tersenyum senang ketika kamu datang. Tertawa kecil ketika membaca tweetmu. Aku tahu aku tak cukup sempurna untuk menggantikan sosok perempuan yang kamu puja. Jadi, aku hanya bisa menyukaimu dalam diam. Aku tak akan pernah bisa menggampaimu. Walaupun aku berusaha menciptakan magnet untuk kita, kutub kita tidak akan pernah berbeda. Karena magnet akan saling tolak menolak ketika mereka mempunyai kutub yang sama. Kenapa kamu menjauh saat aku sudah bisa melihat sisi lainmu? Sesuatu yang mengalir dalam darahmu yang membuatku selalu kagum akan sesuatu yang kau hasilkan. Karyamu seperti matamu, membiusku. Kamu seharusnya tercipta untuk menjadi milikku. Tercipta untuk tersenyum kepadaku. Untuk tawa yang hanya ditujukan kepadaku. Aku, selalu menyukaimu dalam diam. Memperhatikanmu dalam jarak sejauh ini…


Tidak ada komentar:

Posting Komentar